Yogyakarta,
15 Januari 2012
Assalamu’alaikum Wr.Wb..
Kepada Yang Terhormat
Amang/Inang/kakang/aring/anang/amang pukong/opung/nenek/kakek dan semua orang
Nuha di mana pun berada…
semoga selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa.
Sedikit goresan ini berangkat dari sebuah refleksi sederhana atas segala
sesuatu yang berkaitan dengan sebuah Pulau yang bernama Ternate khususnya kampung
tercinta Umapura.
Perkembangan
kampung Umapura sangatlah pesat dilihat dari berbagai sisi yakni infrastruktur,(sekolah
SD/SMP, Puskesmas, Masjid mewah, jalan setapak keliling kampung, sumur air,
pelabuhan mini, lapangan bola sederhana, rumah warga yang sudah banyak tembok,
PLTD, signal HP seluler) sosial budaya, kemajuan ekonomi, pendidikan, paradigma
berfikir dan sebagainya. Hal ini menandakan masyarakat kita juga telah mampu
beradaptasi terhadap perkembangan zaman yang semakin modern, dan itulah
konsekuensi logis dari sebuah pergaulan antara masyarakat di komunitas yang
satu dengan komunitas yang lain (suku/kampung), diantara pergaulan itu
sangatlah sulit dihindari proses akulturasi budaya, persaingan, serta
silaturahmi antar suku-suku kecil yang ada di Alor khususnya kecamatan ABAL
lebih khusus di Pulau Ternate (Nuha Being) dan Pulau Buaya (Nuha Kae).
Pulau
kecil Ternate terdapat 4 kampung (Abang Bol, Umapura, Biatabang dan Boka kele)
yang masing-masing penduduknya hidup rukun baik dalam kampungnya sendiri maupun
dengan kampung lain dalam 1 pulau itu. Klasifikasi suku dalam kampung Umapura
sendiri yang berjumlah 8 suku dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing
dalam hal ke-Adat-an tentu harus tetap konsisten serta selalu membangun
hubungan yang harmonis antara satu suku dengan suku yang lain dalam menciptakan
suasana kampung yang kondusif demi kepentingan masyarakat Umapura.
Begitu
beragamnya masyarakat kita baik dari sisi tingkatan ekonomi, suku, pendidikan
membuat para pemimpin di Desa Umapura (pemerintah Desa, pemimpin adat, tokoh
agama, tokoh pendidikan ) selayaknya harus memahami realitas itu kemudian
senantiasa memberikan pelayanan yang prima sesuai tugas dan tanggungjawabnya
guna melayani masyarakat akan kebutuhan pelayanan publik pemerintah, pelayanan
adat, memberikan kontribusi pendidikan serta serta pelayanan jamaah dalam hal theology.
Dalam memberikan pelayanan inilah yang kadang kurang maksimal sehingga dapat
memicu konflik atau gesekan diantara masyarakat kita, saya melihat pemberian
pelayanan adat sudah sangat maksimal, sementara dalam bidang agama masih bersifat
stagnan, dan yang masih amburadul adalah pelayanan di bidang pendidikan apalagi
pelayanan pemerintah.
Ina
gambe yang saya hormati….
Saat
ini saya ingin menyampaikan pandangan terkait beberapa hal pelayanan di atas
diantaranya :
1.
Dari
sisi adat/budaya : harus diakui bahwa masyarakat kita masih sangat kuat
memegang tradisi yang telah diturunkan dari nenek moyang kita, sehingga
tokoh-tokoh adat dari suku-suku di Umapura masih sangat konsisten dalam
memberikan pelayanan adat atas kebutuhan adat masyarakat. Alhamdulillah
tradisi-tradisi positif peninggalan kaum terdauhulu masih dilestarikan misalkan
budaya gotong royong, bahasa adat, tarian beku, legalitas rumah suku, norma
etika dalam bergaul antara yang muda dan yang lebih tua dan sebagainya. Semoga akan
tetap terus dipertahankan, ada beberapa gejala buruk yang telah merusak kampung
kita yakni kebiasaan meminum-minuman keras yang dilakoni oleh beberapa pemuda
kita dan mulai diikuti oleh anak-anak di bawah umur sehingga yang ditakutkan
adalah rusaknya moral generasi kita? Hal ini pun akan menimbulakan image jelek bagi performance orang Umapura di kalangan masyarakat luar. Tokoh agama,
tokoh adat, tokoh pemerintah, tokoh pendidikan serta semua entitas yang
memiliki kepedulian terhadap hal ini selayaknya bahu-membahu dalam penyelesaian
gejala-gejala seperti ini. Jangan biarkan budaya luar yang sifatnya negative
merusak generasi kita.
Kekuatan adat seharusnya juga
menjadi kekuatan untuk menangkis orang dari luar yang ingin membuat perpecahan
di tengah-tengah masyarakat kita.
2.
Dari
sisi Agama : pelayanan tokoh-tokoh agama di kampung juga masih lumayan bagus,
hal ini karena masyarakat kita juga masih sangat menjunjung nilai-nilai
religiusitas, layanan persoalan pernikahan masih sangat normal, tausiah-tausiah
untuk kebutuhan rohani masyarakat masih konsisten di Bulan Ramadhan, hari-hari
besar Islam, saat pernikahan, khitanan, aqiqah, syukuran Haji, dan berbagai
aktivitas keagamaan lainnya. Yang masih sangat kurang adalah asupan pendidikan
agama bagi anak-anak kita pada tingkatan SD s/d SMP mulai seperti pengajian,
masih kurangnya guru-guru ngaji yang siap membimbing generasi muda Umapura. Pembangunan
pendidikan agama bagi generasi kita sangatlah penting karena sangat menyangkut
dengan akhlak dan kepribadian mereka saat dewasa dan akan berdampak bagi image orang Nuha dalam pergaulan dengan
masyarakat luar. Kita perlu mencermati apa perlu kita mengirimkan anak-anak
kita untuk masuk pesantren di luar NTT (misalkan Jawa dan Sulawesi) jika di
dalam kampung kebutuhan pendidikan rohani mereka tidak dilayani? Jika ada output dari pesantern yang sudah
membuktikan akhlaknya dengan baik maka saya kira wajar dan baik jika mereka
mondok di pesantren. Saya salut dengan yang telah berbuat nyata seperti Paman
Jang di Makassar.
3.
Dari
sisi pemerintahan : saya adalah generasi yang baru kemarin dilahirkan (1987)
sejak remaja hingga tahun 2011 ini saya mengamati kondisi Desa sejak
kepemimpinan Bapak Motong sebagai kepala Desa hingga Bapak Iang saat ini, masih
menyisakan PR yang begitu banyak bagi perbaikan sistem roda pemerintahan Desa
Umapura. Saya tidak ingin mengatakan ada kesalahan dalam memimpin namun hanya
membeberkan sekelumit realitas yang menurut pandangan saya selalu menjadi
konflik di masyarakat kita, misalkan pembagian bantuan berupa apapun dari Pemda
Alor ataupun dari Donatur manapun di Desa tidak dibagi secara merata dan
terkesan nepotisme. Hal ini memicu terjadinya konflik horizontal antara
masyarakat serta konflik vertikal antara masyarakat dan pengambil kebijakan di
tingkat Desa (kaur desa dan BPD). Satu solusi yang ingin saya tawarkan adalah
pembagian bantuan selayaknya didasarkan pada indikator kondisi ekonomi, kita bisa
melihat letak kelayakan penerima bantuan itu seperti apa misalkan kondisi fisik
rumah, umur calon penerima bantuan (lebih diutamakan yang usia senja/balu
janda), serta pemenuhan kebutuhan pokok sehari-harinya, seorang pemimpin pasti
sangat mengenal rakyatnya dan tidak perlu dijelaskan lebih jauh mana yang
berhak menerima bantuan? Satu hal lagi bahwa ada berbagai macam jenis bantuan
(Raskin, Rumah, WC, permodalan, Body motor dll) dan tidak secara serempak
direalisasikan, untuk itulah perlu adanya kejelian dalam melihat jika ada yang
sudah menerima bantuan pada suatu jenis bantuan maka seharusnya pada kesempatan
yang lain berusahalah yang bijak untuk memberi peluang kepada masyarakat yang
belum memperolehnya. Selain itu perlu adanya kesesuaian antara jenis bantuan
dengan kondisi calon penerima bantuan, misalkan orang yang terindikasi memiliki
semangat wirausaha maka jenis bantuan wirausaha cocok untuk orang seperti ini,
demikian juga jika kondisi rumahnya sudah sangat memprihatinkan (peot hampir
rubuh) maka lebih cocok diberi bantuan rumah demikian juga jenis bantuan yang
lain. Hal yang penting juga adalah transparansi dalam administrasi bantuan
sehingga menimbulkan kepuasan di kalangan masyarakat serta kebijaksanaan dari
pimpinan Desa dalam mengelola segala sesuatu demi kepentingan kampung Umapura
tercinta.
Pencerahan kepada masyarakat juga
sangat penting yakni memberikan penjelasan dengan santun bahwa jumlah bantuan
sangat terbatas sedangkan masyarakat kita kuantitasnya sangat banyak, maka
pengambil kebijakan pasti dilematis dalam menentukan daftar penerima bantuan,
maka sebagai rakyat juga harus mengidentifikasi diri apakah layak tidak
menerima bantuan? Masyarakat juga harus sadar bagaimana perputaran dan
manajerial pemerintah Desa dalam mengelola bantuan-bantuan itu agar adil dan
tepat sasaran secara efektif dan efisien.
4.
Dari
sisi pendidikan : inilah salah satu bidang yang sangat penting dalam membangun
peradaban sebuah bangsa, sebuah Negara, sebuah propinsi, sebuah kabupaten/kota,
sebuah kecamatan, sebuah Desa/kelurahan dan sebuah rumah tangga kecil. Saya
teringat Negara Jepang yang waktu perang dunia dalam pengeboman kota Hirosima
dan Nagasaki seluruh kota hancur dan setelah pengeboman itu sang kaisar
menanyakan satu hal “MASIH ADAKAH GURU YANG HIDUP” kaisar tidak bertanya “MASIH
ADAKAH TENTARA YANG HIDUP”. Ini membuktikan bahwa Negara sekaliber Jepang sangat
memberi perhatian pada dunia pendidikan untuk membangun negaranya hingga
seperti sekarang ini. Dari cuplikan di atas saya berasumsi bahwa untuk
membangun kampung Umapura juga menitikberatkan pada bidang pendidikan. Sarana
pendidikan di Umapura pun semakin banyak, hal ini ditandai dengan berubahnya
status SD GMIT Umapura menjadi SD Inpres Umapura dengan bangunan fisik sekolah
yang terus direnovasi maupun direhabilitasi, rumah dinas guru. Sarana
pendidikan kita semakin menunjukkan kemajuan ketika sang Bupati Drs. Simon Th.
Pally meresmikan SMP Negeri Ternate yang
letaknya di sebelah Dola kae,
penambahan guru PNS maupun guru honor yang mulai berasal dari orang Ternate
sendiri memberi kesan bahwa mereka pasti secara pendekatan emosional primodial
sangat loyal mengabdi untuk kampung halaman yakni ikut mencerdaskan anak-anak
kita sendiri. Kita tidak perlu lagi menyekolahkan anak kita di tempat yang jauh
(khusus SD dan SMP) dengan biaya yang tentu mahal dikarenakan biaya kos dan
makan minum anak-anak kita di perantauan Kalabahi ataupun di luar Alor, kendati
pun menyekolahkan anak di luar kampung tidak dilarang. Hal lain yang perlu
dipikirkan bahwa paradigma masyarakat kita perlu diberi pencerahan bahwa
pendidikan itu suatu kebutuhan sekaligus keharusan, kita tahu bahwa memang
biaya pendidikan sangatlah mahal apalagi orang tua yang membiayai kuliah
anaknya. Satu kebiasaan masyarakat kita ada pembagian dalam satu rumah tangga
kecil misalkan ada 5 anak, maka ada yang disekolahkan dan ada yang pergi OLA (istilah mencari nafkah untuk
laki-laki) atau TANE KAFATE (istilah
mencari uang untuk perempuan) serta ada yang disekolahkan atau dikuliahkan,
saya tidak mengharuskan atau menyarankan untuk semua anak harus sekolah/kulia,
juga tidak menyarankan lebih besar porsinya yang dikuliahkan/sekolahkan akan
tetapi minimal 1 orang saja dari keluarga kecil itu yang dikuliahkan/sekolahkan
maka sangat mungkin kampung kita akan menghasilkan banyak sarjana dan akan
berdampak pada wajah pendidikan orang Umapura. Secara gamblang bisa
dibandingkan bahwa kuantitas anak-anak kita yang kuliah masih sangat kurang jika
dibanding dengan kampung-kampung lain di sekitar kita. Berapa sich jumlah magister kita? Apakah kita
mau suatu saat kita dijajah orang? Kalah persaingan? Ataukah dianggap remeh
orang? Mari kita bangun dinasti pendidikan mulai dari sekarang untuk sebuah
perubahan besar di masa yang akan datang. Saya sangat mengapresiasi untuk sang
ayah yang menyelam dan telah menghasilkan sarjana… sang Ibu yang menenun dan
telah membuat anaknya memakai toga.. sang kakak yang bercocok tanam untuk
kebutuhan kuliah/sekolah adiknya… sang adik yang walau keahlian menyelamnya
belum begitu bagus namun dapat mengisi pulsa 5 ribu rupiah untuk sekedar
melancarkan perkuliahan kakaknya… sungguh sesuatu yang membuat terharu… itu
sebuah perjuangan masyarakat kita… itu perjuangan nenek moyang kita… itu
perjuangan kita…
Wahai orang Umapura di mana pun
berada….
untuk siapa pun yang di dalam
dirinya mengalir darah nenek moyang Umapura berikhtiarlah dengan kemampuan kita
masing-masing untuk berkontribusi dalam pembangunan pendidikan (Education Building) kita, peduli bukan
berarti memberi dengan uang atau bantuan materi lainnya akan tetapi yang tidak
kalah penting adalah member motivasi,
doa dan dukungan moril apapun buat generasi muda kita dalam melalangbuana di
buana edukasi di rantauan orang.
Ina
gambe yang saya cintai…
Kita
boleh berbangga bahwa Ternate sudah melahirkan orang-orang berpengaruh yang
tampil di publik kabupaten Alor yang dapat memberikan dampak bagi kemajuan Nuha
Nebo, saya sebutkan Bapak Drs. Ismail Kasim (mantan kepala LPMP NTT) yang
katanya akan bertarung dalam pilkada Alor periode mendatang, Kakak Sulaiman
Singh (Anggota DPRD Alor Fraksi Golkar Periode sekarang), Drs. Amir Jonu
(Mantan Pejabat Setda Kabupaten Sikka), Drs. Hofni Bukang (Mantan Kepala
Dispenda Alor), Drs. Masya Jonu (Mantan Dirut PDAM Kab. Kupang), Drs. Nurdin
Tilung (Mantan Anggota DPRD Alor) dan mungkin ada lagi yang saya lupa… deretan
nama-nama di atas jangan dijadikan sebagai romantisme sejarah belaka yang
membuat kita terbuai akan tetapi menjadi motivasi dan cambukan bagi kita untuk
terus melahirkan tokoh-tokoh sekaliber mereka di masa-masa yang akan datang. Mereka
juga wajib dan menjadi keniscayaan untuk berkontribusi bagi perubahan kampung. Ucapan
terima kasih yang tiada taranya buat mereka yang pernah mengharumkan nama
kampung halaman dan yang telah berkontribusi riil bagi kemajuan Nuha Nebo. Mari kita bangun ulang dinasti ini untuk
membuktikan kepada khalayak umum bahwa walaupun kampung kita kecil tetapi kita tidak bisa diremehkan… kita punya potensi
kapasitas yang sama…kita punya harga diri…
Wahai
anak kampung yang dimanapun eksistensimu….
Pemikiran
ini ditulis bukan karena saya orang yang paling benar, paling suci, paling
hebat, atau sekedar iseng namun ini berangkat dari panggilan nurani untuk
bagaimana memberikan secercah pemikiran untuk membangun kampung halaman yang
lebih baik. Alasan utama saya mengkritik adalah karena saya mencintai yang
dikritik. Walaupun sekedar konsep di atas kertas minimal dalam hidup saya pernah
berfikir untuk sebuah perubahan…
Ini hanya secercah pemikiran buat tanah yang
pernah aku lahir di atasnya… pulau yang masa balitaku dihabiskan disana… tempat
aku dibesarkan dengan gulungan ombak… aku suka kondisi alam Hilafaka… Fatang
Kae yang mungil… Fatang Being yang luas… uniknya Dola kae… indahnya Onong
Being…Feing matang sumber kehidupan… menjulangnya gunung Mako… serta pemandangan
Hopo Futung yang terletak jauh di ujung sana… ah… mengingatkan memory dan
membangkitkan rasa kangenku pada NUHA NEBO LAFO TANAH…
SEMOGA
ADA MANFAAT TERSIRAT DIBALIK SELAKSA PEMIKIRAN INI… AMIN
DARI
Putra Murni Lafo Tanah