Senin, 16 Januari 2012

SANG KHALIK PUN MEMAKAI SISTEM ORGANISASI


Dalam defenisi organisasi seperti yang selalu kita dengar bahwa kumpulan dua orang atau lebih yang melakukan kerja-kerja dalam mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan, dewasa ini telah menjamurnya oganisasi di dunia ini baik dalam klasifikasi keagamaan, kepemudaan, kemahasiswaan, kesukuan dan sebagainya yang dalam bentuk konkrit diantaranya gabungan, perhimpunan, gerakan, ikatan, asosiasi, kumpulan, komunitas, forum, lembaga, badan, liga, persatuan, pergerakan, kesatuan, himpunan dan lain sebagainya, semuanya itu tidak lain adalah bentuk kumpulan orang-orang yang punya ideologi serta kepentingan yang sama demi mewujudkan tujuan yang dicita-citakan bersama. Dalam organisasi-organisasi ini juga masing-masing telah menerapkan aturan main berupa anggaran dasar/ anggaran rumah tangga yang dipakai sebagai panduan atau pijakan dalam menjalankan roda organisasi di internalnya. Sehingga aturan ini telah menjadi ikatan konstitusi yang mengikat siapapun yang bernaung di bawah organisasi itu. Dalam perjalanannya realitas tidak selamanya mulus seperti yang kita harapkan sehingga kesenjangan inilah yang menjadi masalah dalam organisasi maka seyogyianya aparat organisasi secepatnya mengambil solusi konkrit terhadap penyelesaian masalah tersebut.
            Persoalan organisasi di atas adalah suatu hukum normatif yang terjadi dalam konteks habluminannas yakni hubungan manusia dengan manusia, tentunya relasi secara horisontal ini juga adalah tugas dan tanggungjawab seorang manusia sebagai kahlifah fil ardh dalam nenjalankan kehidupannya di bumi yang fana ini. Keselamatan manusia di akhirat selain ditentukan oleh ibadah-ibadah individual juga sangat ditentukan oleh ibadah-ibadah dalam lokus muamallah.
            Kalau kita sejenak berfikir tentang dari manakah ide dasar adanya sebuah organisasi maka tidak lain karena salah satu sifat manusia yang hidup bersosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Selain itu kalau kita terawang ke belakang bahwa sudah sejak awal hingga kini Tuhan telah memberlakukan sistem organisasi dalam semua perfileman kehidupan ini. Kenapa Tuhan harus membutuhkan 10 jenis malaikat dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam membantu Tuhan dalam menyelesaikan agenda-agenda ke-Tuhanan, kita juga bisa melihat kenapa Tuhan harus mengutus para nabi dan rasul-Nya dalam menyampaikan risalah kepada umat manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, apakah kita tidak pernah berfikir kenapa Tuhan menjadikan iblis sebagai indikator ujian atas kualitas manusia di muka bumi? Kenapa Tuhan harus menjadikan 4 kitab suci sebagai media tuangan firman-Nya sebagai pedoman untuk waktu yang amat lama bagi kehidupan manusia?
            Renungan dan pertanyaan-pertanyaan di atas tentu punya jawaban dan tujuan tertentu, secara nalar dan kasat mata Tuhan terkesan bergantung juga pada ciptaan-Nya dalam menyukseskan agenda-agenda ke-Tuhanan-Nya. Namun kita mestinya mencoba berfikir secara logika tebalik atau berfikir mendalam dalam mengambil hikmah dari semua itu, cobalah bertanya apa tujuan dari semua ini ? pantaskah Tuhan yang begitu maha kuasa bergantung pada sesuatu? Kalau Dia maha kuasa dimanakah letak kemahaan itu? Kalau Tuhan mau Dia tidak mesti susah-susah menghadirkan malaikat, nabi, rasul dan sebagainya dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Tuhan cukup dengan Kun Faya Kun maka apa yang Ia inginkan terjadi dengan sendirinya dalam sekejap tanpa bantuan siapapun, tanpa bantuan apappun. Kalau Tuhan mau semua kejahatan di muka bumi dapat diakhiri dengan seketika dengan kemahakuasaan-Nya, yang ada hanyalah keindahan, kebahagiaan, kenormalan hidup dan semua yang menyangkut kebaikan, namun jika kejahatan tidak ada apakah kebaikan itu menjadi kebaikan yang kita kenal sekarang? Tentu tidak ada Inilah sebuah hikmah suri tauladan yang diajarkan Tuhan dalam memakai sistem organisasi dalam menjalani kehidupan ini. Dalam sistem organisasi tentu ada yang dinamakan manajemen, manajemen yang dipakai Tuhan adalah sistem manajemen absolutisme tebukti ketika Tuhan hendak menjadikan Adam sebagai manusia pertama di muka bumi, tejadi perdebatan berupa interupsi atau semacam sanggahan antara Tuhan dan malaikat, karena asumsi malaikat bahwa ciptaan berupa manusia dikhawatirkan akan membuat kerusakan di muka bumi namun jawaban yang tak disangka-sangka dari Tuhan bahwa “Aku lebih tahu dari engkau” bahkan malaikat dan iblis harus dipaksa Tuhan untuk tunduk melakukan penghormatan terhadap Adam. Ruang lingkup organisasi yang diciptakan Tuhan begitu luas meliputi kerajaan langit dan bumi, utara dan selatan, timur dan barat, awal dan akhir yang semuanya diistilahkan dalam sebuah batasan yang tak terbatas yang disebut tak terhingga dan tak terdefenisikan.
            Untuk itulah menjadi sebuah kewajaran bahkan dapat kita katakan sebuah keharusan bagi manusia sebagai ciptaan-Nya senantiasa menangkap serpihan-serpihan tindak-tanduk perilaku Tuhan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yakni selalu berorganisasi demi sebuah proses pembelajaran dalam mencapai apa yang kita cita-citakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar