Dalam
defenisi organisasi seperti yang selalu kita dengar bahwa kumpulan dua orang
atau lebih yang melakukan kerja-kerja dalam mencapai tujuan bersama yang
dicita-citakan, dewasa ini telah menjamurnya oganisasi di dunia ini baik dalam
klasifikasi keagamaan, kepemudaan, kemahasiswaan, kesukuan dan sebagainya yang
dalam bentuk konkrit diantaranya gabungan, perhimpunan, gerakan, ikatan,
asosiasi, kumpulan, komunitas, forum, lembaga, badan, liga, persatuan,
pergerakan, kesatuan, himpunan dan lain sebagainya, semuanya itu tidak lain
adalah bentuk kumpulan orang-orang yang punya ideologi serta kepentingan yang
sama demi mewujudkan tujuan yang dicita-citakan bersama. Dalam
organisasi-organisasi ini juga masing-masing telah menerapkan aturan main
berupa anggaran dasar/ anggaran rumah tangga yang dipakai sebagai panduan atau
pijakan dalam menjalankan roda organisasi di internalnya. Sehingga aturan ini
telah menjadi ikatan konstitusi yang mengikat siapapun yang bernaung di bawah
organisasi itu. Dalam perjalanannya realitas tidak selamanya mulus seperti yang
kita harapkan sehingga kesenjangan inilah yang menjadi masalah dalam organisasi
maka seyogyianya aparat organisasi secepatnya mengambil solusi konkrit terhadap
penyelesaian masalah tersebut.
Persoalan organisasi di atas adalah
suatu hukum normatif yang terjadi dalam konteks habluminannas yakni hubungan manusia dengan manusia, tentunya
relasi secara horisontal ini juga adalah tugas dan tanggungjawab seorang
manusia sebagai kahlifah fil ardh dalam
nenjalankan kehidupannya di bumi yang fana ini. Keselamatan manusia di akhirat
selain ditentukan oleh ibadah-ibadah individual juga sangat ditentukan oleh
ibadah-ibadah dalam lokus muamallah.
Kalau kita sejenak berfikir tentang
dari manakah ide dasar adanya sebuah organisasi maka tidak lain karena salah
satu sifat manusia yang hidup bersosial, manusia tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Selain itu kalau kita terawang ke belakang bahwa sudah
sejak awal hingga kini Tuhan telah memberlakukan sistem organisasi dalam semua
perfileman kehidupan ini. Kenapa Tuhan harus membutuhkan 10 jenis malaikat
dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam membantu Tuhan dalam
menyelesaikan agenda-agenda ke-Tuhanan, kita juga bisa melihat kenapa Tuhan
harus mengutus para nabi dan rasul-Nya dalam menyampaikan risalah kepada umat
manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, apakah kita tidak pernah
berfikir kenapa Tuhan menjadikan iblis sebagai indikator ujian atas kualitas
manusia di muka bumi? Kenapa Tuhan harus menjadikan 4 kitab suci sebagai media
tuangan firman-Nya sebagai pedoman untuk waktu yang amat lama bagi kehidupan
manusia?
Renungan dan pertanyaan-pertanyaan
di atas tentu punya jawaban dan tujuan tertentu, secara nalar dan kasat mata
Tuhan terkesan bergantung juga pada ciptaan-Nya dalam menyukseskan
agenda-agenda ke-Tuhanan-Nya. Namun kita mestinya mencoba berfikir secara
logika tebalik atau berfikir mendalam dalam mengambil hikmah dari semua itu, cobalah
bertanya apa tujuan dari semua ini ? pantaskah Tuhan yang begitu maha kuasa
bergantung pada sesuatu? Kalau Dia maha kuasa dimanakah letak kemahaan itu?
Kalau Tuhan mau Dia tidak mesti susah-susah menghadirkan malaikat, nabi, rasul
dan sebagainya dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Tuhan cukup dengan Kun Faya Kun maka apa yang Ia inginkan
terjadi dengan sendirinya dalam sekejap tanpa bantuan siapapun, tanpa bantuan
apappun. Kalau Tuhan mau semua kejahatan di muka bumi dapat diakhiri dengan
seketika dengan kemahakuasaan-Nya, yang ada hanyalah keindahan, kebahagiaan,
kenormalan hidup dan semua yang menyangkut kebaikan, namun jika kejahatan tidak
ada apakah kebaikan itu menjadi kebaikan yang kita kenal sekarang? Tentu tidak
ada Inilah sebuah hikmah suri tauladan yang diajarkan Tuhan dalam memakai
sistem organisasi dalam menjalani kehidupan ini. Dalam sistem organisasi tentu
ada yang dinamakan manajemen, manajemen yang dipakai Tuhan adalah sistem
manajemen absolutisme tebukti ketika Tuhan hendak menjadikan Adam sebagai
manusia pertama di muka bumi, tejadi perdebatan berupa interupsi atau semacam
sanggahan antara Tuhan dan malaikat, karena asumsi malaikat bahwa ciptaan
berupa manusia dikhawatirkan akan membuat kerusakan di muka bumi namun jawaban
yang tak disangka-sangka dari Tuhan bahwa “Aku
lebih tahu dari engkau” bahkan malaikat dan iblis harus dipaksa Tuhan untuk
tunduk melakukan penghormatan terhadap Adam. Ruang lingkup organisasi yang
diciptakan Tuhan begitu luas meliputi kerajaan langit dan bumi, utara dan
selatan, timur dan barat, awal dan akhir yang semuanya diistilahkan dalam
sebuah batasan yang tak terbatas yang disebut tak terhingga dan tak
terdefenisikan.
Untuk itulah menjadi sebuah
kewajaran bahkan dapat kita katakan sebuah keharusan bagi manusia sebagai
ciptaan-Nya senantiasa menangkap serpihan-serpihan tindak-tanduk perilaku Tuhan
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yakni selalu berorganisasi demi
sebuah proses pembelajaran dalam mencapai apa yang kita cita-citakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar