Mencermati
forum dialog NDP HMI ini, ada beberapa hal yang dapat dicermati yakni terjadi
dialog yang sangat dinamis dan ilimiah serta dibumbuhi oleh dialog-dialog yang
tidak beretika. Kita patut bersyukur bahwa inilah khasanah intelektual kader
HMI yang harus terus dikembangkan demi terus mengasah daya nalar kita sekalian.
Saya sangat megapresiasi Kakanda Ariyanto dengan ikhtiarnya yang telah berani
menyambut peluang yang dibuka oleh pencetus NDP (Kanda Cak Nur) bahwa NDP-nya
bukan kitab suci yang tidak bisa dilakukan perubahan-perubahan, kendati pun
peluang itu tidak dibuka oleh Cak Nur tetapi sebagai kader HMI senantiasa
kritis untuk bisa mengkritisi konsep NDP Cak Nur kalau memang pantas dikritik. Kanda
Ariyanto telah mencoba mengahdirkan satu bentuk pemikiran sebagai antitesa dari
tesisnya Cak Nur, dengan demikian telah menimbulkan perdebatan yang positif
diantara kader HMI, tetapi satu hal harus diperhatikan kita yakni setiap
pembaharu di mana pun di muka bumi ini hampir pasti dilawan, dicaci maki dan
dimusuhi ada juga yang memilih berkompromi. Ini suatu hal yang sangat wajar.
Oleh karena itu selayaknya kita sebagai kader HMI menyikapi fenomena ini dengan
bijaksana dengan beberapa alternative :
1. Jika
apa yang ditawarkan dalam NDP baru Kanda Ariyanto itu suatu hal yang logis dan
dengan cara penyampaian yang beretika juga, maka hampir pasti diam-diam akan
diikuti oleh para penentangnya.
2. Jika
yang ditawarkan dalam NDP baru belum mampu dijelaskan secara logis walaupun
dengan penyampaian yang beretika tetap saja belum bisa diterima dengan baik oleh
penentangnya
3. Jika
yang ditawarkan dalam NDP baru dijelaskan secara logis namun dalam proses
penyampaian tidak beretika itu pun masih sangat sulit untuk diterima
Dengan
3 alternatif di atas tentu memberikan kesan kepada kita untuk selalu sportif
dalam berdialog, mengakui kelebihan orang jika memang realitasnya demikian,
serta selalu memperhatikan etika kita dalam berdialog. Saya melihat memanglah
dialog ini sangat ilimiah tetapi yang membuat dialog ini rusak adalah pilihan
kata yang digunakan terkesan bukan sebagai kaum akademisi/intelek, penggunaan
kata goblok, bodoh, bahlul dan beberapa kata vulgar lainnya sangatlah
disayangkan untuk kapasitas seorang kader HMI. Satu hal lagi yang sangat
disayangkan adalah penggunaan akun cloning dalam Group Diskusi NDP ini juga
sangat disayangkan, hal ini akan menjadi diskusi yang tidak fair karena kita
sedang berdiskusi dengan orang yang tidak jelas identitasnya. Apakah mungkin
takut/atau satu oknum yang memakai banyak akun? Saya mengharapkan identitas
kader yang berdiskusi harus jelas dari Cabang mana? Kampus mana? Serta
informasi identitas lainnya sehingga betul-betul apa diskusikan lebih ilimiah,
ilimiah materi yang didiskusikan dan ilimiah identitas orang yang berdiskusi. Untuk itulah saya menghimbau kepada pembuat
group ini (admin) untuk melakukan
verifikasi terhadap beberapa akun cloning dalam group ini demi menjaga
orisinalitas keilimiahan forum ini.
Orang-orang
NDP lama masih memakai alasan konstitusi dan landasan historis sebagai salah
satu alasan untuk tetap konsisten dengan NDP Cak Nur di lain sisi juga masih
sangat memakai pendekatan ilimiah untuk NDP Cak Nur sedangkan NDP-er baru
membuka ruang ikhtiar berdasarkan statement
dari Cak Nur sendiri bahwa pemikirannya bukan sesuatu yang final serta juga
masih menggunakan pendekatan ilimiah untuk menjelaskan gagasan barunya, ilimiah
Vs ilimiah. Sungguh dialektika yang terus berkepanjangan dan kita tidak tahu
kapan akan berakhir? Semoga kita tidak sebatas berdiskusi NDP hanya sekedar
tataran konseptual semata namun lebih dari itu mampu diimplementasikan dalam
perilaku kita sehari-hari. amin
Sedikit
pemikiran ini hanya dimaksudkan sebagai bahan refleksi bagi saya dan
teman-teman seperjuangan semua. SELAMAT BERDISKUSI. Wallahualam… YAKUSA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar