Senin, 16 Januari 2012

RAMADHAN PEDULI DI KUANFATU (Sebuah safari rohani HMI Komisariat Kipma Undana & Madaris Institut NTT)


Pada bulan Ramadhan kali lalu, kami berinisiatif melakukan suatu kegiatan sosial keagamaan yakni melakukan safari ke Desa Kuanfatu-TTS. Niat kami pun dapat terlaksana berkat kerja sama yang baik serta bantuan dari beberapa donatur  di kota Kupang, barang-barang bantuan dari donatur seperti pakaian-pakian bekas dan buku-buku disimpan di Posko madaris Institut NTT kemudia pada saat keberangkatan dipindahkan ke sekretariat HMI cabang Kupang. Sekitar tanggal 18 Ramadhan H kami pun bertolak dari Sekretariat HMI dengan menggunakan bus, jumlah peserta dari kedua lembaga ini mencapai 30-an orang yang ternyata pas untuk satu bus.
            Selama dalam perjalanan terasa begitu jauh maklum jarak yang ditempuh sekitar 160-an km dari kota Kupang serta kondisi jalan yang kurang bersahabat,  di perjalanan kami pun tercengang dengan banyak sekali pemandangan indah yang dapat dinikmati, baik itu pegunungan, pepohonan, sungai, hamparan sawah serta pemandangan indah lainnya. sehingga kami sampai sekitar ba’da Isya, kami pun disambut bapak Imam dan jamaahnya dengan senang hati. Setelah itu kami diarahkan untuk menempati tempat yang telah disediakan, masjid  kecil yang terletak di pinggiran jalan itu ternyata menjadi kebanggaan jamaah setempat yang dipakai sebagai tempat ibadah baik itu shalat atau tempat memperingati hari-hari besar islam serta kegiatan keagamaan lainnya. Konon masjid ini dibangun oleh seorang kakek yang bernama Babus Sholeh sehingga namanya pun diabadikan dalam nama masjid ini yakni masjid Babus Sholeh Kuanfatu. Dalam keremangan malam bangunan kecil itu diterangi dengan pelita berbahan bakar minyak tanah yang diatur berjejer di dalam dan halaman masjid, maklum belum ada listrik bahkan di perkampungan ini pun listrik belum masuk kesana.
             Saya pun sedikit melamun dan refleksi sejenak bahwa bagaimana perjuangan saudara-saudara kita disini memperjuangkan kalimat La Ilahaillallah untuk tetap tegak di bumi Kuanfatu dengan fasilitas yang serba terbatas. Ini bukan perjuangan main-main. Kami pun berharap pihak-pihak terkait seperti Departemen Agama Propinsi NTT, Kabupaten TTS, MUI NTT, MUI TTS, serta ormas-ormasi Islam terkait dapat memperhatikan hal-hal semacam ini guna sedikit membantu beban jamaah kuanfatu.


            Setelah tiba kami pun menggelar acara penyambutan setelah shalat tarwih berjamaah serta memberitahu maksud kedatangan kami. Sambutan dari tuan rumah diwakili oleh bapak imam yang dalam sambutannya mengatakan bahwa : “kami sangat membutuhkan kunjungan seperti ini, minimal telah membuat kami bahagia dan merasa punya saudara seiman. Maklum kami disini masih sangat jauh dan masih sangat kurang pengetahuan agama. Tapi banyak juga yang muallaf. Kami sangat membutuhkan seorang guru ngaji atau guru agama yang berkenan mengajarkan anak-anak kami tentang agama. ”
Dari perwakilan kami dipersilahkan untuk menyampaikan sambutan terkait maksud dan latar belakang diadakannya kegiatan ini bahwa : “kehadiran kami disini tentunya yang pertama adalah misi silaturhmi dalam membangun ukhwah islamiyah antar sesama saudara muslim, selanjutnya kami juga ingin sekali berempati sejenak merasakan perjuangan dakwah di tempat ini serta sedikit memberikan sentuhan berupa bantuan buku-buku islami dan pakaian layak pakai yang dititipkan jamaah kota Kupang melalui kami, sedangkan terkait keluhan jamaah Kuanfatu yang disampaikan lewat bapak Imam akan kami diskusikan di tingkat yang lebih tinggi bagaimana solusi alternatifnya”.
Yang menjadi catatan penting dari pernyataan Imam serta kondisi riil yang dapat kami lihat ternyata persoalan utama ada pada masalah pendidikan terutama mengenai pendidikan agama, Al-qur’an, juz Amma dan buku-buku agama memang sudah cukup memadai namun yang paling penting adalah belum ada guru ngaji/ustadz yang siap untuk membimbing anak-anak generasi umat di Kuanfato. Sungguh keluhan ini menjadi sebuah tamparan sekaligus tantangan bagi kami serta kita semua sebagai pihak-pihak terkait  yang punya kepedulian sosial terhadap persoalan umat yakni bagaimana solusi konkrit yang harus diambil guna meminimalisir permasalahan ini?  Rangkaian kegiatan pun terus berjalan selama dua hari  mulai dari ceramah, tadarus bersama, kultum subuh, diskusi bersama, penyerahan bantuan secara simbolik, bakti sosial serta pengajian Al-qur’an dan latihan Shalat  serta doa sehari-hari bagi anak-anak jamaah Kuanfato, rasanya dua hari bukanlah waktu yang cukup dalam menggembleng cikal bakal generasi- generasi harapan umat Kuanfato, akan tetapi perlu adanya sentuhan yang sifatnya continue sehingga tidak sekedar mengetahui masalah kemudian lari dari masalah itu. Keakraban pun terjalin baik antara kami dan jamaah Kuanfato layaknya kaum ansor dan muhajirin yang disatukan oleh Rasulullah SAW, hal ini ditandai dengan bahu membahunya kami dalam melangsungkan agenda-agenda kegiatan yang telah dirancang dari Kupang.
Yang membuat kami merasa bangga adalah ada beberapa jamaah yang tinggalnya cukup jauh dari Masjid yakni sekitar 2 km, 3 km bahkan 6 km dengan kondisi fisik jalan yang cukup memprihatinkan serta jarak tempat tinggal antara jamaah pun umumnya saling berjauhan  namun semangat untuk ke Masjid melaksanakan ibadah shalat Tarwih dalam memeriahkan ramadhan di daerah Kuanfato cukup tinggi, hal ini membuat kami berfikir bagaimana jika jamaah kita yang di Kota tiba-tiba diberikan tantangan seperti ini apakah mereka sanggup atau tidak?
Militansi perjuangan dakwah ini memang sudah tertanam sejak orang-orang pertama yang membawa/menyebarkan Addinul Islam ke Amanuban Selatan bagian selatan ini yakni kakek Abu Soleh serta kedua saudaranya, sifat dan sikap inilah yang telah tertular pada anak keturunananya hingga hari ini demi terus menegakkan kalimat La Ilaha Illallah di bumi Flobamora ini. Semoga amal jariyah dari mereka senantiasa tetap mengalir walau mereka telah memenuhi panggilan Ilahi.
Seluruh peserta telah mengetahui bahwa tepat pukul 08.00 kami akan dijemput oleh Bus yang kami sewa, sehingga persiapan pembersihan diri mulai dilakukan sepagi mungkin dengan menikmati air kali Kuanfato yang tersedia dalam dua jenis berdasarkan suhunya yakni dingin dan panas.
Akhirnya, tepat pukul 08.00 bus telah tiba di halaman masjid pertanda kami harus berpisah dengan saudara/i kami, rasa kehilangan mulai menyelimuti hati dan alam pikiran kami dan jamaah bahkan ada beberapa jamaah yang meneteskan air mata harunya saat salam perpisahan terjadi, tak lupa kami berpose bersama jamaah sebagai tanda bahwa kami pernah menginjakkan kaki di bumi Kunfato.
Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari dua hari kegiatan ini diantaranya bagaimana pentingnya membangun silaturahmi, bagaimana seluk-beluk dan tantangan dalam berdakwah, pentingnya menumbuhkan empati sosial diantara sesama serta pentingnya dunia pendidikan bagi generasi muda Islam.
Selamat tinggal saudara/i… semoga Allah memberikan kesempatan lagi untuk kita saling memunaikan kerinduan berbagi…semoga kami dan orang-orang peduli yang lain akan kembali dengan membawa secercah harapan atas problematika yang terjadi di Kuanfato… Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar