Pada bulan
Ramadhan kali lalu, kami berinisiatif melakukan suatu kegiatan sosial keagamaan yakni melakukan safari ke Desa Kuanfatu-TTS.
Niat kami pun dapat terlaksana berkat kerja sama yang baik serta bantuan dari
beberapa donatur di kota Kupang, barang-barang
bantuan dari donatur seperti pakaian-pakian bekas dan buku-buku disimpan di
Posko madaris Institut NTT kemudia pada saat keberangkatan dipindahkan ke sekretariat HMI cabang Kupang. Sekitar tanggal 18
Ramadhan H kami pun bertolak dari Sekretariat HMI dengan menggunakan bus, jumlah
peserta dari kedua lembaga ini mencapai 30-an orang yang ternyata pas untuk
satu bus.
Selama dalam perjalanan terasa begitu
jauh maklum jarak yang ditempuh sekitar 160-an km dari kota Kupang serta kondisi jalan yang kurang bersahabat, di
perjalanan kami pun tercengang dengan banyak sekali pemandangan indah yang
dapat dinikmati, baik itu pegunungan, pepohonan, sungai, hamparan sawah serta
pemandangan indah lainnya. sehingga kami sampai sekitar ba’da Isya, kami pun disambut bapak Imam dan jamaahnya dengan
senang hati. Setelah itu kami diarahkan untuk menempati tempat yang telah disediakan,
masjid kecil yang terletak di
pinggiran jalan itu ternyata menjadi kebanggaan
jamaah setempat yang dipakai sebagai tempat ibadah baik itu shalat atau tempat
memperingati hari-hari besar islam serta kegiatan keagamaan lainnya. Konon
masjid ini dibangun oleh seorang kakek yang bernama Babus Sholeh sehingga
namanya pun diabadikan dalam nama masjid ini yakni masjid Babus Sholeh
Kuanfatu. Dalam
keremangan malam bangunan kecil itu diterangi dengan pelita berbahan bakar
minyak tanah yang diatur berjejer di dalam dan halaman masjid, maklum belum ada
listrik bahkan di perkampungan ini pun listrik belum masuk kesana.
Saya pun sedikit melamun dan refleksi sejenak bahwa bagaimana perjuangan
saudara-saudara kita disini memperjuangkan kalimat La Ilahaillallah untuk tetap tegak di bumi Kuanfatu dengan
fasilitas yang serba terbatas. Ini bukan perjuangan main-main. Kami pun
berharap pihak-pihak terkait seperti Departemen Agama Propinsi NTT, Kabupaten
TTS, MUI NTT, MUI TTS, serta ormas-ormasi Islam terkait dapat memperhatikan
hal-hal semacam ini guna sedikit membantu beban jamaah kuanfatu.
Setelah tiba kami pun menggelar
acara penyambutan setelah shalat tarwih berjamaah serta memberitahu maksud
kedatangan kami. Sambutan dari tuan rumah diwakili oleh bapak imam yang dalam
sambutannya mengatakan bahwa : “kami
sangat membutuhkan kunjungan seperti ini, minimal telah membuat kami bahagia
dan merasa punya saudara seiman. Maklum kami disini masih sangat jauh dan masih
sangat kurang pengetahuan agama. Tapi banyak juga yang muallaf. Kami sangat
membutuhkan seorang guru ngaji atau guru agama yang berkenan mengajarkan
anak-anak kami tentang agama. ”
Dari perwakilan kami
dipersilahkan untuk menyampaikan sambutan terkait maksud dan latar belakang
diadakannya kegiatan ini bahwa : “kehadiran kami disini tentunya yang
pertama adalah misi silaturhmi dalam membangun ukhwah islamiyah antar sesama
saudara muslim, selanjutnya kami juga ingin sekali berempati sejenak merasakan
perjuangan dakwah di tempat ini serta sedikit memberikan sentuhan berupa
bantuan buku-buku islami dan pakaian layak pakai yang dititipkan jamaah kota
Kupang melalui kami, sedangkan terkait keluhan jamaah Kuanfatu yang disampaikan
lewat bapak Imam akan kami diskusikan di tingkat yang lebih tinggi bagaimana
solusi alternatifnya”.
Yang menjadi catatan
penting dari pernyataan Imam serta kondisi riil yang dapat kami lihat ternyata
persoalan utama ada pada masalah pendidikan terutama mengenai pendidikan agama,
Al-qur’an, juz Amma dan buku-buku agama memang sudah cukup memadai namun yang
paling penting adalah belum ada guru ngaji/ustadz yang siap untuk membimbing
anak-anak generasi umat di Kuanfato. Sungguh keluhan ini menjadi sebuah
tamparan sekaligus tantangan bagi kami serta kita semua sebagai pihak-pihak
terkait yang punya kepedulian sosial
terhadap persoalan umat yakni bagaimana solusi konkrit yang harus diambil guna
meminimalisir permasalahan ini?
Rangkaian kegiatan pun terus berjalan selama dua hari mulai dari ceramah, tadarus bersama, kultum
subuh, diskusi bersama, penyerahan bantuan secara simbolik, bakti sosial serta
pengajian Al-qur’an dan latihan Shalat
serta doa sehari-hari bagi anak-anak jamaah Kuanfato, rasanya dua hari
bukanlah waktu yang cukup dalam menggembleng cikal bakal generasi- generasi
harapan umat Kuanfato, akan tetapi perlu adanya sentuhan yang sifatnya continue
sehingga tidak sekedar mengetahui masalah kemudian lari dari masalah itu.
Keakraban pun terjalin baik antara kami dan jamaah Kuanfato layaknya kaum ansor
dan muhajirin yang disatukan oleh Rasulullah SAW, hal ini ditandai dengan bahu
membahunya kami dalam melangsungkan agenda-agenda kegiatan yang telah dirancang
dari Kupang.
Yang membuat kami merasa
bangga adalah ada beberapa jamaah yang tinggalnya cukup jauh dari Masjid yakni
sekitar 2 km, 3 km bahkan 6 km dengan kondisi fisik jalan yang cukup
memprihatinkan serta jarak tempat tinggal antara jamaah pun umumnya saling
berjauhan namun semangat untuk ke Masjid
melaksanakan ibadah shalat Tarwih dalam memeriahkan ramadhan di daerah Kuanfato
cukup tinggi, hal ini membuat kami berfikir bagaimana jika jamaah kita yang di
Kota tiba-tiba diberikan tantangan seperti ini apakah mereka sanggup atau
tidak?
Militansi perjuangan
dakwah ini memang sudah tertanam sejak orang-orang pertama yang
membawa/menyebarkan Addinul Islam ke Amanuban Selatan bagian selatan ini
yakni kakek Abu Soleh serta kedua saudaranya, sifat dan sikap inilah yang telah
tertular pada anak keturunananya hingga hari ini demi terus menegakkan kalimat La
Ilaha Illallah di bumi Flobamora ini. Semoga amal jariyah dari mereka
senantiasa tetap mengalir walau mereka telah memenuhi panggilan Ilahi.
Seluruh peserta telah
mengetahui bahwa tepat pukul 08.00 kami akan dijemput oleh Bus yang kami sewa,
sehingga persiapan pembersihan diri mulai dilakukan sepagi mungkin dengan
menikmati air kali Kuanfato yang tersedia dalam dua jenis berdasarkan suhunya
yakni dingin dan panas.
Akhirnya, tepat pukul
08.00 bus telah tiba di halaman masjid pertanda kami harus berpisah dengan
saudara/i kami, rasa kehilangan mulai menyelimuti hati dan alam pikiran kami
dan jamaah bahkan ada beberapa jamaah yang meneteskan air mata harunya saat
salam perpisahan terjadi, tak lupa kami berpose bersama jamaah sebagai tanda
bahwa kami pernah menginjakkan kaki di bumi Kunfato.
Ada banyak hikmah yang
dapat dipetik dari dua hari kegiatan ini diantaranya bagaimana pentingnya
membangun silaturahmi, bagaimana seluk-beluk dan tantangan dalam berdakwah,
pentingnya menumbuhkan empati sosial diantara sesama serta pentingnya dunia
pendidikan bagi generasi muda Islam.
Selamat tinggal
saudara/i… semoga Allah memberikan kesempatan lagi untuk kita saling memunaikan
kerinduan berbagi…semoga kami dan orang-orang peduli yang lain akan kembali
dengan membawa secercah harapan atas problematika yang terjadi di Kuanfato…
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar