Senin, 16 Januari 2012

BEBERAPA TINGKATAN BERIBADAH (sebuah konsep pidato)


2
 


                Assalamu’alaikum Wr.Wb…
                Alhamdulillah… Alhamdulillahirobbila’lamin. Assalatuawassalamualaasrafil ambiyaiwalmursalin sayyidina muhammadin waalaalihi wasahbihi ajmai’n ammaba’du.
                Pada tempat yang pertama patutlah kita naikan puja, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, sang pemberi rahmat sekalian alam berkat-Nya kita semua dapat berkesempatan hadir pada malam hari ini guna melaksanakan agenda-agenda kemanusiaan kita, semoga apa yang kita lakukan hari ini senantiasa menjadi catatan amalun soleha di yaumil akhir nanti. Amin… amin ya… robbal a’ lamin. Amin.
                Selanjutnya shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW, sosok yang menjadi suri tauladan bagi umatnya, sosok yang telah menggulingkan tikar-tikar kejahiliaan dan menghadirkan Islam sebagai agama yang kita peluk hari ini. Semoga beliau tetap mengakui kita sebagai umatnya baik di dunia maupun di akhirat nanti, serta senantiasa mendapat syafaat darinya di yaumil akhir nanti. Amin … amin yaa rabbal a’lamin. Amin.
                Hadirin yang dirahmati Allah…
Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkanlah saya membawakan satu topic yang bagi saya cukup menarik untuk kita pahami bersama, tema yang saya angkat pada kesempatan kali ini adalah bagaimana tingkatan beribadah di dalam berislam. Beribadah diartikan sebagai bentuk penyembahan kita kepada Allah sang pencipta, serta bentuk pengembanan tugas kita sebagai khalifa fil ardh, sesuai dengan firman Allah yang dituangkan dalam teori-teori sacral-Nya yakni dalam Qur’an Surat Adjariyat ayat 56 yang berbunyi :
Wamakhalktuljinnawalinsa illa liya’buduun  yang artinya (dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku)
Ayat di atas mengisaratkan kepada kita bahwa ternyata Tuhan menciptakan kita sebagai manusia bahwa tugas utama kita adalah melakukan peribadatan kepada Tuhan, saya tidak yakin kalau kita semua yang hadir di sini sudah memahami esensi dari penciptaan kita. Untuk itulah saya merasa terpanggil untuk membahas konsep ibadah ini,
Hadirin yang dirahmati Allah…
Saya mengklasifikasikan ibadah menjadi beberapa tingkatan, dengan demikian maka kualitas dari beberapa ibadah ini pun akan berbeda-beda. Dan pada kesempatan ini saya mengurutkan dari kualitas yang rendah ke yang tinggi. Mari kita dengarkan bersama- sama pembahasannya :

Yang I. Beribadah karena ingin dipuji.
Beribadah yang dikarenakan factor ingin dipuji orang adalah sesuatu hal yang sia-sia untuk kita lakukan, tendensi dari ibadah ini tentunya sangat kita sayangkan, namun realitas kebanyakan adalah banyak umat kita yang beribadah seperti ini, dan mungkin kebanyakan kita yang ada sekarang ini seperti ini. Saya contohkan : seorang dari kita selalu melakukan sholat denga niatan bahwa orang-orang yang melihatnya akan mengeluarkan puji-pujian misalnya anak ini rajin sekali, alim sekali dan sebagainya, apakah kita punya orientasi seperti ini.
Yang II. Beribadah karena ingin mendapatkan amal/pahala
Jika orientasi beribadah dengan mendapatkan pahala maka jika dicermati dengan baik ternyata kita sedang berdagang dengan Allah, disini ada untung ruginya, ada imbalan yang harus didapat setelah melakukan proses peribadatan, maka orientasi inilah yang perlu dirubah menjadi sebuah bentuk keikhlasan.
Yang III. Beribadah karena ingin meraih surga dan karena takut neraka.
Orientasi surga dan takut neraka adalah pemahaman kebanyak umat muslim, maka inipun juga bukan sebuah konsep keikhlasan, sehingga saya pernah mendengar syair yang pernah keluar dari salah satu tokoh Sufi yang terkenal yakni Rabiatul Al-Adabiah, bunyi syairnya yakni :
“ya, Allah jika aku beribadah kepadamu karena ingin mendapatkan surgamu, maka tutup pintu surga itu dan jauhkan surga itu dariku, tetapi jika aku beribadah karena takut nerakamu maka dekatkanlah neraka itu padaku”
Inilah sebuah komitmen dari tokoh Sufi ini karena kecintaannya kepada Allah.
Yang IV.beribadah karena semata-mata karena Allah (Lillahita’ala)
Inilah sebuah konsep keikhlasan dalam beribadah yang sesungguhnya karena semata-semata karena kecintaannya yang begitu tinggi  terhadap Allah, konsep lillahita’ala menggambarkan tidak adanya tendensi apapun terhadap apa yang ia lakukan namun yang ada dalam pikirannya hanyalah karena Allah Ta’ala.
Dengan demikian maka dari deskripsi di atas, marilah kita senantiasa memahami beberapa kalsifikasi ibadah di atas, serta merefleksikan diri apakah ibadah kita selama ini masuk dalam kategori yang mana? Mari kita murnikan ketaatan kepada Allah sesuai yang termaktub dalam Qur’an Surat Al-bayyinah ayat 5  yang berbunyi :
Wama umiruu illa liya’budullah hamukhlisinalahuddin hunafa awayuki mussala tawayu’ tuzzaka ta wajalika diinulqoyyimah.
Yang artinya :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Kata murni dari ayat di atas bermakna ibadah yang betul-betul ikhlas yang tentunya berdampak pada kualitas ibadah yang sesungguhnya.
Hadirin yang dirahmati Allah…
Marilah kita luruskan niat kita yang benar sesuai dengan hadist Rasullah bahwa Innama a’malu binniat, sesungguhnya segala sesuatu bergantung pada niat.
Akhirnya, semoga kita sekalian dapat beribadah dengan ikhlas hanya kepada Allah.
Akhirulkalam. Wabillahittaufik walhidayah wassalamu’alaikum Wr.Wb…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar